All Stories
Tampilkan postingan dengan label Seputar Haid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seputar Haid. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 Maret 2010


Masih banyak perempuan yang tidak mengetahui persis seberapa teratur siklus menstruasinya. Padahal, mengetahui kapan awal dan akhir haid, sama halnya dengan memantau kondisi kesehatan organ penting di tubuh perempuan.

Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Budi Wiweko SpOG, seharusnya tiap perempuan usia reproduktif selalu mencatat hari pertama haid dan hari bersih dari darah haid. Pencatatan ini penting untuk mendeteksi secara dini gangguan pada organ reproduksi, salah satunya sindrom ovarium polikistik.

"Milikilah menstrual daily card dan simpan di tempat yang mudah diingat agar bisa diakses tiap saat," ujar Budi pada Seminar Nasional Pertama Sindrom Ovarium Polikistik di Jakarta, baru-baru ini.

Haid yang normal lazimnya berjarak sekitar 26 hingga 35 hari. Pola itu akan berlangsung rutin setiap bulan selama tidak ada pembuahan.

"Nah, dengan bantuan kartu catatan tanggal menstruasi, Anda bisa langsung mengetahui perubahan pola haid, misalnya, suatu ketika haid datang terlampau cepat atau lambat," tuturnya.

Sebagian perempuan yang datang dengan keluhan gangguan siklus menstruasi ternyata hidup dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK). Sindrom itu merupakan wujud adanya masalah pada produksi endokrin kompleks yang ditandai dengan anovulasi dan hiperandrogen. Akibat gangguan pada produksi endokrin kompleks tadi, pematangan sel telur tidak terjadi.

"Karena sel telur tidak ada yang matang, haid pun tak datang," jelas Budi.

Gangguan menstruasi, tanda-tanda hiperandrogen, dan obesitas merupakan manifestasi klinis SOPK. Sindrom tersebut juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko diabetes mellitus tipe 2 dan gangguan kardiovaskuler.

"Kumpulan gejalanya sangat heterogen. Mulai dari kelainan metabolik, gangguan haid, gangguan kesuburan, hingga pertumbuhan rambut yang berlebihan akibat berlebihnya produksi hormon khas lelaki," papar Budi.

Gangguan haid, lanjut Budi, bisa berbentuk amenorea dan oligomenorea. Seorang perempuan disebut amenorea jika ia tidak haid minimal tiga bulan. Sedangkan, oligomenorea menggambarkan perempuan tersebut memiliki jarak menstruasi lebih dari 35 hari.

Pada SOPK, buyarnya siklus haid biasanya datang dibarengi dengan adanya gejala gangguan hormon androgen atau resistensi insulin. Gangguan tersebut mudah terdeteksi dengan tumbuhnya rambut yang tidak lazim di bagian tubuh yang sensitif terhadap androgen, hormon khas lelaki. Kondisi ini dikenal sebagai hirsutisme.

"Misalnya, tumbuh rambut di dagu, atas bibir, leher, dada, punggung atas dan bawah, abdomen atas dan bawah, lengan atas, dan paha," ungkap Budi.

Selain hirsutisme, produksi hormon androgen yang berlebih pada wanita juga menstimulasi kelenjar sebasea. Akibatnya, saat terjadi sumbatan pada pori-pori dapat menyebabkan jerawat.

Mayoritas perempuan dengan sindrom ovarium polikistik memiliki masalah dengan obesitas dan resistensi insulin yang menyebabkan keadaan hiperandrogen di ovarium sehingga menghambat perkembangan folikel dan memicu terjadinya siklus anovulasi.

SOPK merupakan penyakit wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya 5%-10% persen wanita usia reproduksi, yakni mereka yang berusia 15 hingga 40 tahun.
"Artinya, dalam satu juta populasi perempuan, 100 ribu di antaranya mengalami SOPK,'' jelas Budi.

Meski banyak yang mengalaminya, disayangkan sebagian besar kasus tidak ditangani dengan baik. Itu terjadi karena masyarakat awam belum mengetahui secara mendalam informasi seputar SOPK. Padahal, jika cepat disadari gejala sindrom ovarium polikistik, pengobatannya akan jauh lebih mudah.

Sebagian pasien SOPK pada awalnya merasa heran dengan kacaunya siklus haid. Namun, lebih banyak yang menunda memeriksakan kesehatannya. Mereka baru tergerak untuk mengunjungi dokter ketika sudah cukup lama hidup dengan gangguan tersebut.

"Misalnya, ketika ia mulai gusar tidak juga hamil setelah bertahun-tahun menikah,'' ungkap Budi yang juga manajer
operasional Klinik Yasmin, Pusat Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas, Jakarta.

Nyaris semua perempuan yang mengalami sindrom ovarium polikistik memiliki kerabat sedarah yang pernah didera masalah sejenis. Konon, faktor genetik memang berperan dalam hal ini. Oleh sebab itu, mereka harus ekstra siaga mencermati siklus haidnya.

"Bakat bisa muncul kalau dipicu oleh stres dan obesitas,'' cetus alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Untuk mengidentifikasi sindrom SOPK, pada tahap awal, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat indeks massa tubuh, tekanan darah, serta tanda-tanda hiperandrogen atau resistensi insulin.

''Sebagian besar wanita dengan SOPK mengalami masalah obesitas dengan nilai indeks massa tubuh lebih dari 25 atau lingkar pinggang lebih dari 88 cm. Lalu, tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg,'' jelas Budi.

Tahap selanjutnya, dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes darah yang bertujuan membuktikan hiperandrogen. Yang dicek, testosteron total atau free testosterone.

Berikutnya, dokter spesialis kebidanan dan kandungan bakal melakukan pemeriksaan dalam. Dari pemeriksaan ini, dokter akan meneropong ovarium pasien. Bila betul terkena SOPK, lewat USG akan terlihat sederet kista berbentuk mutiara yang menempel di ovarium.
"Karakteristik SOPK adalah adanya lebih dari 12 folikel berukuran 2-9 mm,'' ucap Budi.

Sejauh ini, sindrom ovarium polikistik belum bisa dicegah. Yang paling mungkin dilakukan sebatas deteksi dini. Terapi disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan pasien.
Lantas, bagaimanakah cara penanganan sindrom ini? Budi menjelaskan, penatalaksanaan SOPK intinya bertujuan untuk menekan produksi hormon androgen dan meminimalisir gejala yang ditimbulkannya, yakni hirsutisme dan jerawat.

Terkait obesitas sebagai pemicu munculnya sindrom tersebut, Budi menyarankan agar perempuan menurunkan berat badannya paling tidak 5% dari berat badan awal. Dengan besaran penurunan berat badan tadi sudah cukup untuk menurunkan level insulin dan mendukung proses pematangan sel telur. (rei/ri)
(artikel : Republika, Foto: dok republika)

Sindrom Ovarium Poliklostik Ditandai Haid Tidak Teratur

admts  |  at  21.46  | No comments


Masih banyak perempuan yang tidak mengetahui persis seberapa teratur siklus menstruasinya. Padahal, mengetahui kapan awal dan akhir haid, sama halnya dengan memantau kondisi kesehatan organ penting di tubuh perempuan.

Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Budi Wiweko SpOG, seharusnya tiap perempuan usia reproduktif selalu mencatat hari pertama haid dan hari bersih dari darah haid. Pencatatan ini penting untuk mendeteksi secara dini gangguan pada organ reproduksi, salah satunya sindrom ovarium polikistik.

"Milikilah menstrual daily card dan simpan di tempat yang mudah diingat agar bisa diakses tiap saat," ujar Budi pada Seminar Nasional Pertama Sindrom Ovarium Polikistik di Jakarta, baru-baru ini.

Haid yang normal lazimnya berjarak sekitar 26 hingga 35 hari. Pola itu akan berlangsung rutin setiap bulan selama tidak ada pembuahan.

"Nah, dengan bantuan kartu catatan tanggal menstruasi, Anda bisa langsung mengetahui perubahan pola haid, misalnya, suatu ketika haid datang terlampau cepat atau lambat," tuturnya.

Sebagian perempuan yang datang dengan keluhan gangguan siklus menstruasi ternyata hidup dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK). Sindrom itu merupakan wujud adanya masalah pada produksi endokrin kompleks yang ditandai dengan anovulasi dan hiperandrogen. Akibat gangguan pada produksi endokrin kompleks tadi, pematangan sel telur tidak terjadi.

"Karena sel telur tidak ada yang matang, haid pun tak datang," jelas Budi.

Gangguan menstruasi, tanda-tanda hiperandrogen, dan obesitas merupakan manifestasi klinis SOPK. Sindrom tersebut juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko diabetes mellitus tipe 2 dan gangguan kardiovaskuler.

"Kumpulan gejalanya sangat heterogen. Mulai dari kelainan metabolik, gangguan haid, gangguan kesuburan, hingga pertumbuhan rambut yang berlebihan akibat berlebihnya produksi hormon khas lelaki," papar Budi.

Gangguan haid, lanjut Budi, bisa berbentuk amenorea dan oligomenorea. Seorang perempuan disebut amenorea jika ia tidak haid minimal tiga bulan. Sedangkan, oligomenorea menggambarkan perempuan tersebut memiliki jarak menstruasi lebih dari 35 hari.

Pada SOPK, buyarnya siklus haid biasanya datang dibarengi dengan adanya gejala gangguan hormon androgen atau resistensi insulin. Gangguan tersebut mudah terdeteksi dengan tumbuhnya rambut yang tidak lazim di bagian tubuh yang sensitif terhadap androgen, hormon khas lelaki. Kondisi ini dikenal sebagai hirsutisme.

"Misalnya, tumbuh rambut di dagu, atas bibir, leher, dada, punggung atas dan bawah, abdomen atas dan bawah, lengan atas, dan paha," ungkap Budi.

Selain hirsutisme, produksi hormon androgen yang berlebih pada wanita juga menstimulasi kelenjar sebasea. Akibatnya, saat terjadi sumbatan pada pori-pori dapat menyebabkan jerawat.

Mayoritas perempuan dengan sindrom ovarium polikistik memiliki masalah dengan obesitas dan resistensi insulin yang menyebabkan keadaan hiperandrogen di ovarium sehingga menghambat perkembangan folikel dan memicu terjadinya siklus anovulasi.

SOPK merupakan penyakit wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya 5%-10% persen wanita usia reproduksi, yakni mereka yang berusia 15 hingga 40 tahun.
"Artinya, dalam satu juta populasi perempuan, 100 ribu di antaranya mengalami SOPK,'' jelas Budi.

Meski banyak yang mengalaminya, disayangkan sebagian besar kasus tidak ditangani dengan baik. Itu terjadi karena masyarakat awam belum mengetahui secara mendalam informasi seputar SOPK. Padahal, jika cepat disadari gejala sindrom ovarium polikistik, pengobatannya akan jauh lebih mudah.

Sebagian pasien SOPK pada awalnya merasa heran dengan kacaunya siklus haid. Namun, lebih banyak yang menunda memeriksakan kesehatannya. Mereka baru tergerak untuk mengunjungi dokter ketika sudah cukup lama hidup dengan gangguan tersebut.

"Misalnya, ketika ia mulai gusar tidak juga hamil setelah bertahun-tahun menikah,'' ungkap Budi yang juga manajer
operasional Klinik Yasmin, Pusat Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas, Jakarta.

Nyaris semua perempuan yang mengalami sindrom ovarium polikistik memiliki kerabat sedarah yang pernah didera masalah sejenis. Konon, faktor genetik memang berperan dalam hal ini. Oleh sebab itu, mereka harus ekstra siaga mencermati siklus haidnya.

"Bakat bisa muncul kalau dipicu oleh stres dan obesitas,'' cetus alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Untuk mengidentifikasi sindrom SOPK, pada tahap awal, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat indeks massa tubuh, tekanan darah, serta tanda-tanda hiperandrogen atau resistensi insulin.

''Sebagian besar wanita dengan SOPK mengalami masalah obesitas dengan nilai indeks massa tubuh lebih dari 25 atau lingkar pinggang lebih dari 88 cm. Lalu, tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg,'' jelas Budi.

Tahap selanjutnya, dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes darah yang bertujuan membuktikan hiperandrogen. Yang dicek, testosteron total atau free testosterone.

Berikutnya, dokter spesialis kebidanan dan kandungan bakal melakukan pemeriksaan dalam. Dari pemeriksaan ini, dokter akan meneropong ovarium pasien. Bila betul terkena SOPK, lewat USG akan terlihat sederet kista berbentuk mutiara yang menempel di ovarium.
"Karakteristik SOPK adalah adanya lebih dari 12 folikel berukuran 2-9 mm,'' ucap Budi.

Sejauh ini, sindrom ovarium polikistik belum bisa dicegah. Yang paling mungkin dilakukan sebatas deteksi dini. Terapi disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan pasien.
Lantas, bagaimanakah cara penanganan sindrom ini? Budi menjelaskan, penatalaksanaan SOPK intinya bertujuan untuk menekan produksi hormon androgen dan meminimalisir gejala yang ditimbulkannya, yakni hirsutisme dan jerawat.

Terkait obesitas sebagai pemicu munculnya sindrom tersebut, Budi menyarankan agar perempuan menurunkan berat badannya paling tidak 5% dari berat badan awal. Dengan besaran penurunan berat badan tadi sudah cukup untuk menurunkan level insulin dan mendukung proses pematangan sel telur. (rei/ri)
(artikel : Republika, Foto: dok republika)
Continue Reading→


Perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi ternyata menimbulkan gangguan, dari gangguan bicara hingga diare. Coba simak apakah Anda juga mengalami 6 hal berikut ini.

1. Minggu pertama dari siklus hormon Anda adalah minggu yang baik untuk mulai diet. Menurut hasil studi yang digelar Tufts University, Anda sudah mulai mengurangi makan hingga 12% minggu ini, dan memiliki lebih sedikit hormon yang berkaitan dengan keinginan untuk makan.

2. Berhenti merokok selama paruh kedua siklus Anda juga disarankan. Sebuah studi pada tahun 2008 yang diadakan University of Minnesota menunjukkan bahwa estrogen adalah hormon yang memberikan kita dorongan menikmati substansi adiktif seperti nikotin. Ketika kadar hormon ini berkurang pada minggu ketiga dan keempat, keinginan untuk merokok pun berkurang, sehingga sebenarnya memudahkan Anda ketika ingin berhenti merokok.

3. Menurut penelitian yang sama dari University of Minnesota, progesteron bertentangan dengan kemampuan verbal Anda. Akibatnya, Anda akan sering salah ngomong, dan kehilangan penalaran. Hormon ini juga dapat menyebabkan konstipasi dan kembung, jadi sebaiknya Anda banyak mengonsumsi bahan makanan yang mengandung serat dan air.

4. PMS yang Anda alami bisa menular ke orang lain. Ketika Anda mendapati pasangan ikut-ikutan moody saat siklus haid Anda tiba, segera tenangkan dia. Memang masih banyak penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan, "Namun ada bukti lain bahwa fluktuasi bulanan dalam testosteron juga bisa menghasilkan gejala mirip PMS pada pria," ujar Jed Diamond, psychotherapist asal California yang juga penulis buku Male Menopause. Dalam sebuah studi yang dipresentasikan di Society for Menstrual Research, di 11th Biennial Conference, kaum pria yang mengisi kuesioner mengeluhkan mood swing yang terjadi setiap bulan, mirip dengan yang dialami para wanita yang disurvei.

5. Ketika Anda indekos bersama teman-teman wanita, mereka bisa saja mendapatkan haid pada waktu yang sama dengan Anda. Hal ini disebabkan oleh siklus lunar. Para ahli juga mengatakan bahwa sinyal-sinyal kimia dalam tubuh seorang wanita kemungkinan bisa tertangkap oleh orang lain, dan wanita yang tinggal bersama mungkin saling berbagi sumber stres yang sama, sehingga berpengaruh pada waktu menstruasi mereka.

6. Masa menstruasi juga bisa menyebabkan Anda diare. Bahan kimia yang sama, yang memicu kontraksi pada rahim untuk membantu mengeluarkan darah, dengan tidak sengaja dapat menyebabkan usus bagian bawah untuk ikut berkontraksi.

(Penulis DN dari Real Beauty, sumber : Kompas, gambar : shutter stock)

6 Fakta Baru tentang Menstruasi

admts  |  at  21.38  | No comments


Perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi ternyata menimbulkan gangguan, dari gangguan bicara hingga diare. Coba simak apakah Anda juga mengalami 6 hal berikut ini.

1. Minggu pertama dari siklus hormon Anda adalah minggu yang baik untuk mulai diet. Menurut hasil studi yang digelar Tufts University, Anda sudah mulai mengurangi makan hingga 12% minggu ini, dan memiliki lebih sedikit hormon yang berkaitan dengan keinginan untuk makan.

2. Berhenti merokok selama paruh kedua siklus Anda juga disarankan. Sebuah studi pada tahun 2008 yang diadakan University of Minnesota menunjukkan bahwa estrogen adalah hormon yang memberikan kita dorongan menikmati substansi adiktif seperti nikotin. Ketika kadar hormon ini berkurang pada minggu ketiga dan keempat, keinginan untuk merokok pun berkurang, sehingga sebenarnya memudahkan Anda ketika ingin berhenti merokok.

3. Menurut penelitian yang sama dari University of Minnesota, progesteron bertentangan dengan kemampuan verbal Anda. Akibatnya, Anda akan sering salah ngomong, dan kehilangan penalaran. Hormon ini juga dapat menyebabkan konstipasi dan kembung, jadi sebaiknya Anda banyak mengonsumsi bahan makanan yang mengandung serat dan air.

4. PMS yang Anda alami bisa menular ke orang lain. Ketika Anda mendapati pasangan ikut-ikutan moody saat siklus haid Anda tiba, segera tenangkan dia. Memang masih banyak penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan, "Namun ada bukti lain bahwa fluktuasi bulanan dalam testosteron juga bisa menghasilkan gejala mirip PMS pada pria," ujar Jed Diamond, psychotherapist asal California yang juga penulis buku Male Menopause. Dalam sebuah studi yang dipresentasikan di Society for Menstrual Research, di 11th Biennial Conference, kaum pria yang mengisi kuesioner mengeluhkan mood swing yang terjadi setiap bulan, mirip dengan yang dialami para wanita yang disurvei.

5. Ketika Anda indekos bersama teman-teman wanita, mereka bisa saja mendapatkan haid pada waktu yang sama dengan Anda. Hal ini disebabkan oleh siklus lunar. Para ahli juga mengatakan bahwa sinyal-sinyal kimia dalam tubuh seorang wanita kemungkinan bisa tertangkap oleh orang lain, dan wanita yang tinggal bersama mungkin saling berbagi sumber stres yang sama, sehingga berpengaruh pada waktu menstruasi mereka.

6. Masa menstruasi juga bisa menyebabkan Anda diare. Bahan kimia yang sama, yang memicu kontraksi pada rahim untuk membantu mengeluarkan darah, dengan tidak sengaja dapat menyebabkan usus bagian bawah untuk ikut berkontraksi.

(Penulis DN dari Real Beauty, sumber : Kompas, gambar : shutter stock)
Continue Reading→


Luruhnya sel telur yang tidak dibuahi hampir bisa dipastikan dialami oleh setiap perempuan. Hanya saja banyak mitos mengiringi perisitiwa yang disebut datang bulan, menstruasi, atau haid ini, sehingga muncul pertanyaan apa saja yang tidak boleh dilakukan perempuan selama mengalaminya? Berikut penjelasan yang diberikan dr. Mimi Suharti.

Berhubungan Seksual

Hubungan seksual yang dilakukan ketika perempuan sedang menstruasi secara tegas dilarang dalam ajaran agama tertentu. Namun terlepas dari itu, secara medis pun berhubungan intim di kala perempuan sedang haid tidak disarankan. Beberapa alasan medis yang menyertainya antara lain:

* Tidak steril

Pada saat menstruasi jaringan luar rahim mengalami pelepasan. Peristiwa ini diikuti dengan membukanya pembuluh darah di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan organ reproduksi perempuan menjadi tidak steril, sehingga tidak aman bila berhubungan seksual.

* Menyebabkan infeksi

Bersama dengan perdarahan yang terjadi dimungkinkan munculnya kuman. Kuman-kuman ini bisa jadi akan menyebabkan infeksi kalau si perempuan melakukan hubungan seksual.

* Bahaya sudden death

Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah sudden death atau kematian mendadak. Pada saat menstruasi banyak pembuluh darah yang membuka. Hubungan intim bisa berakibat terbawanya udara dari luar masuk melalui pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung. Ini berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

* Perasaan tidak nyaman

Tak bisa dipungkiri hubungan seksual terkait erat dengan suasana hati. Saat menstruasi banyak perempuan yang merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini akan terbawa dan mengganggu suasana hatinya. Bila dipaksakan untuk berhubungan seksual, alih-alih merasakan kepuasan, yang didapat justru perasaan tidak nyaman itu tadi.

Olahraga berat

Banyaknya pembuluh darah arteri yang terbuka pada saat haid dapat menyebabkan perlukaan. Seorang perempuan yang sedang menstruasi dan melakukan olahraga dikhawatirkan akan mengalami pendarahan berat. Memang tidak semua olahraga akan menyebabkan hal tersebut, tapi sebaiknya sesuaikan olahraga yang dipilih dengan kondisi tubuh. Perempuan dengan kondisi tertentu bisa jadi akan mengalami perdarahan berat ketika memaksakan diri bersenam aerobik saat haid.

Secara umum pun, perempuan yang sedang menjalani siklus bulanannya akan merasa lebih lemas, dan beberapa bahkan menderita nyeri perut, mual, pinggang pegal-pegal, pening, bahkan ada yang sampai pingsan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi porsi olahraga yang cukup berat atau sebaiknya pilih saja olahraga ringan seperti jalan santai.

Terbelenggu Mitos

Larangan memotong rambut, menggunting kuku, dan keramas selama haid tidak memiliki penjelasan secara medis. Khususnya larangan keramas, menurut Mimi jelas tidak tepat. "Apalagi perempuan yang sedang menstruasi justru harus menjaga kebersihan anggota tubuhnya. Keramas saja sampai bersih, enggak masalah kok," saran Mimi. Intinya, bila ada mitos-mitos yang dirasa tidak masuk akal, sebaiknya jangan dituruti.

Berenang

Secara teori, pembuluh darah yang membuka dapat mengecil ketika kontak dengan air. Contoh yang gampang adalah seringkali anak yang jatuh dan terluka dikompres dengan batu es untuk menghentikan perdarahannya. Bedanya, walau darah yang dikeluarkan saat menstruasi hanya sekitar 30 cc, tapi kontak dengan air tidak akan menyebabkan darah tersebut terhenti.

Kontak dengan air yang dimaksud di sini di antaranya berenang, menyelam, berendam di bath tub, whirlpool, dan sejenisnya. Ini penting untuk diketahui, sebab banyak beredar anggapan yang salah, yaitu perempuan yang sedang menstruasi darahnya akan berhenti ketika berada dalam air. "Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat," kata Mimi.

Selain itu tidak ada yang dapat memastikan apakah air yang digunakan untuk berendam itu steril. Bisa jadi air kolam renang atau air laut mengandung banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Apalagi bila si perempuan ini berendam dalam waktu lama, "Sebaiknya memang tidak dilakukan," sarannya.

(oleh : Marfuah Panji Astuti-Kompas, gambar :TPG IMAGES-Kompas)

Yang Tidak Boleh Selagi Menstruasi

admts  |  at  21.35  | No comments


Luruhnya sel telur yang tidak dibuahi hampir bisa dipastikan dialami oleh setiap perempuan. Hanya saja banyak mitos mengiringi perisitiwa yang disebut datang bulan, menstruasi, atau haid ini, sehingga muncul pertanyaan apa saja yang tidak boleh dilakukan perempuan selama mengalaminya? Berikut penjelasan yang diberikan dr. Mimi Suharti.

Berhubungan Seksual

Hubungan seksual yang dilakukan ketika perempuan sedang menstruasi secara tegas dilarang dalam ajaran agama tertentu. Namun terlepas dari itu, secara medis pun berhubungan intim di kala perempuan sedang haid tidak disarankan. Beberapa alasan medis yang menyertainya antara lain:

* Tidak steril

Pada saat menstruasi jaringan luar rahim mengalami pelepasan. Peristiwa ini diikuti dengan membukanya pembuluh darah di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan organ reproduksi perempuan menjadi tidak steril, sehingga tidak aman bila berhubungan seksual.

* Menyebabkan infeksi

Bersama dengan perdarahan yang terjadi dimungkinkan munculnya kuman. Kuman-kuman ini bisa jadi akan menyebabkan infeksi kalau si perempuan melakukan hubungan seksual.

* Bahaya sudden death

Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah sudden death atau kematian mendadak. Pada saat menstruasi banyak pembuluh darah yang membuka. Hubungan intim bisa berakibat terbawanya udara dari luar masuk melalui pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung. Ini berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

* Perasaan tidak nyaman

Tak bisa dipungkiri hubungan seksual terkait erat dengan suasana hati. Saat menstruasi banyak perempuan yang merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini akan terbawa dan mengganggu suasana hatinya. Bila dipaksakan untuk berhubungan seksual, alih-alih merasakan kepuasan, yang didapat justru perasaan tidak nyaman itu tadi.

Olahraga berat

Banyaknya pembuluh darah arteri yang terbuka pada saat haid dapat menyebabkan perlukaan. Seorang perempuan yang sedang menstruasi dan melakukan olahraga dikhawatirkan akan mengalami pendarahan berat. Memang tidak semua olahraga akan menyebabkan hal tersebut, tapi sebaiknya sesuaikan olahraga yang dipilih dengan kondisi tubuh. Perempuan dengan kondisi tertentu bisa jadi akan mengalami perdarahan berat ketika memaksakan diri bersenam aerobik saat haid.

Secara umum pun, perempuan yang sedang menjalani siklus bulanannya akan merasa lebih lemas, dan beberapa bahkan menderita nyeri perut, mual, pinggang pegal-pegal, pening, bahkan ada yang sampai pingsan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi porsi olahraga yang cukup berat atau sebaiknya pilih saja olahraga ringan seperti jalan santai.

Terbelenggu Mitos

Larangan memotong rambut, menggunting kuku, dan keramas selama haid tidak memiliki penjelasan secara medis. Khususnya larangan keramas, menurut Mimi jelas tidak tepat. "Apalagi perempuan yang sedang menstruasi justru harus menjaga kebersihan anggota tubuhnya. Keramas saja sampai bersih, enggak masalah kok," saran Mimi. Intinya, bila ada mitos-mitos yang dirasa tidak masuk akal, sebaiknya jangan dituruti.

Berenang

Secara teori, pembuluh darah yang membuka dapat mengecil ketika kontak dengan air. Contoh yang gampang adalah seringkali anak yang jatuh dan terluka dikompres dengan batu es untuk menghentikan perdarahannya. Bedanya, walau darah yang dikeluarkan saat menstruasi hanya sekitar 30 cc, tapi kontak dengan air tidak akan menyebabkan darah tersebut terhenti.

Kontak dengan air yang dimaksud di sini di antaranya berenang, menyelam, berendam di bath tub, whirlpool, dan sejenisnya. Ini penting untuk diketahui, sebab banyak beredar anggapan yang salah, yaitu perempuan yang sedang menstruasi darahnya akan berhenti ketika berada dalam air. "Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat," kata Mimi.

Selain itu tidak ada yang dapat memastikan apakah air yang digunakan untuk berendam itu steril. Bisa jadi air kolam renang atau air laut mengandung banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Apalagi bila si perempuan ini berendam dalam waktu lama, "Sebaiknya memang tidak dilakukan," sarannya.

(oleh : Marfuah Panji Astuti-Kompas, gambar :TPG IMAGES-Kompas)
Continue Reading→

MENURUT riset para ahli Amerika Serikat, suara perempuan ternyata relatif lebih menarik dan memikat ketika mereka sedang berada dalam masa subur. Kesimpulan itu diambil setelah membandingkan suara wanita yang direkam pada kesempatan berbeda selama periode siklus haid mereka.

Seperti dilaporkan New Scientist, rekaman suara yang dinilai paling menarik dan seksi dimiliki para wanita yang berada di puncak kesuburannya. Temuan ini, kata para ahli, mengindikasikan adanya pengaruh hormon seksual terhadap kinerja kotak suara (larynx). Namun, perubahannya terlalu halus dan sulit untuk dibedakan dalam banyak situasi.

Perbedaan reproduksi manusia dengan mamalia lain terletak pada tanda-tanda seorang wanita tengah berada dalam masa suburnya. Namun begitu, para ahli menduga perubahan halus yang disebabkan peningkatan dan penurunan hormon seksual yang berbeda ini dapat dideteksi oleh para pria, yang kemudian dapat menilai seorang wanita menjadi lebih menarik tanpa perlu menyadari alasannya.

Dalam riset terbaru yang dipublikasikan jurnal Human Evolution and Behavior, para ahli dari State University of New York di Albania merekrut 10 wanita untuk direkam suaranya. Rekaman dilakukan pada empat titik berbeda siklus menstruasi dan hasilnya diperdengarkan kembali kepada mahasiswa pria dan wanita.

Rekaman yang dilakukan mendekati masa ovulasi (momen di saat sel-sel telur dilepas dan siap dibuahi) dinilai para pendengar lebih memikat dan seksi ketimbang suara wanita saat berbicara pada awal atau akhir siklus haid.

Hasil riset mencatat, perbedaan ini tidak dipengaruhi penggunaan kontrasepsi oral para wanita, yang sejatinya dapat mengubah rasio hormon seks saat siklus haid. Para ahli juga tidak meneliti rekaman lebih jauh untuk mengetahui apakah wanita berbicara dengan nada rendah atau tinggi pada poin berbeda di siklus haid.

Salah seorang peneliti suara terkemuka dari Kanada mengatakan, perbedaan yang halus ini tidak akan berguna secara praktis dalam kehidupan nyata. ¨Mata rantai yang hilang di sini adalah mengetahui bagaimana perbedaan ini berlaku dalam pembicaraan biasa, saat di bar misalnya,¨ ujar Dr David Feinberg dari McMaster University di Canada.

¨Kalaupun memungkinkan, masalah lainnya adalah wanita memiliki perubahan suasana hati selama siklus menstruasi, dan orang mungkin hanya tertarik pada wanita yang tengah bahagia ketimbang yang sedang subur,¨ tandasnya.

(sumber artikel : Kompas, gambar : Getty Images-Kompas)

Suara Wanita Lebih Seksi Saat Masa Subur?

admts  |  at  21.28  | No comments

MENURUT riset para ahli Amerika Serikat, suara perempuan ternyata relatif lebih menarik dan memikat ketika mereka sedang berada dalam masa subur. Kesimpulan itu diambil setelah membandingkan suara wanita yang direkam pada kesempatan berbeda selama periode siklus haid mereka.

Seperti dilaporkan New Scientist, rekaman suara yang dinilai paling menarik dan seksi dimiliki para wanita yang berada di puncak kesuburannya. Temuan ini, kata para ahli, mengindikasikan adanya pengaruh hormon seksual terhadap kinerja kotak suara (larynx). Namun, perubahannya terlalu halus dan sulit untuk dibedakan dalam banyak situasi.

Perbedaan reproduksi manusia dengan mamalia lain terletak pada tanda-tanda seorang wanita tengah berada dalam masa suburnya. Namun begitu, para ahli menduga perubahan halus yang disebabkan peningkatan dan penurunan hormon seksual yang berbeda ini dapat dideteksi oleh para pria, yang kemudian dapat menilai seorang wanita menjadi lebih menarik tanpa perlu menyadari alasannya.

Dalam riset terbaru yang dipublikasikan jurnal Human Evolution and Behavior, para ahli dari State University of New York di Albania merekrut 10 wanita untuk direkam suaranya. Rekaman dilakukan pada empat titik berbeda siklus menstruasi dan hasilnya diperdengarkan kembali kepada mahasiswa pria dan wanita.

Rekaman yang dilakukan mendekati masa ovulasi (momen di saat sel-sel telur dilepas dan siap dibuahi) dinilai para pendengar lebih memikat dan seksi ketimbang suara wanita saat berbicara pada awal atau akhir siklus haid.

Hasil riset mencatat, perbedaan ini tidak dipengaruhi penggunaan kontrasepsi oral para wanita, yang sejatinya dapat mengubah rasio hormon seks saat siklus haid. Para ahli juga tidak meneliti rekaman lebih jauh untuk mengetahui apakah wanita berbicara dengan nada rendah atau tinggi pada poin berbeda di siklus haid.

Salah seorang peneliti suara terkemuka dari Kanada mengatakan, perbedaan yang halus ini tidak akan berguna secara praktis dalam kehidupan nyata. ¨Mata rantai yang hilang di sini adalah mengetahui bagaimana perbedaan ini berlaku dalam pembicaraan biasa, saat di bar misalnya,¨ ujar Dr David Feinberg dari McMaster University di Canada.

¨Kalaupun memungkinkan, masalah lainnya adalah wanita memiliki perubahan suasana hati selama siklus menstruasi, dan orang mungkin hanya tertarik pada wanita yang tengah bahagia ketimbang yang sedang subur,¨ tandasnya.

(sumber artikel : Kompas, gambar : Getty Images-Kompas)
Continue Reading→

Gampang kesal, tersinggung, moody, dan ngomel terus sepanjang hari? Hitung deh, apakah sebentar lagi jadwal haid Anda tiba? Ini dia solusinya.

Sindrom yang dikenal dengan premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom premenstruasi ini, biasanya terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi dan dapat mengakibatkan perubahan fisik dan emosi pada penderitanya. Mengenai penyebabnya belum diketahui pasti. Namun dugaan terbesar akibat perubahan kadar hormon dalam tubuh wanita saat mau datang haid.

Gejala fisik PMS biasanya ditandai dengan nyeri tekan pada payudara, banyaknya cairan di sekitar vagina, sakit kepala, mual, muntah, perut kembung, dan tidak nafsu makan. Sementara, emosi jadi labil, gampang cemas, cepat marah, mudah tersinggung, takut dan gelisah berlebihan, susah tidur, serta sulit berkonsentrasi.

Meskipun mungkin tak dapat dihindari sama sekali, ada beberapa langkah jitu yang dapat dilakukan untuk mengatasi PMS:

1. Kenalilah diri Anda
Buatlah catatan mengenai siklus haid Anda, serta gejala fisik dan emosi yang dialami sebelum menstruasi. Sehingga Anda bisa menghadapi dengan lebih santai saat gejala rutin itu datang. "O..sakit kepalaku ini juga akan hilang besok setelah mens," misalnya.

2. Lakukan relaksasi secara teratur
Relaksasi (melalui teknik olah napas seperti dalam meditasi dan yoga) terbukti dapat memberikan ketenangan. Bahkan, latihan relaksasi yang dilakukan secara teratur (5-10 menit tiap harinya) dapat mengurangi simtom parah PMS hingga 57 persen.

3. Kurangi stres
Stres, karena menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan kegelisahan, akan memperparah PMS. Untuk itu, kendalikan stres dengan mengelola waktu seoptimal mungkin (kapan saat bekerja dan kapan saat santai).

4. Hindari kafein dan alkohol sebelum haid
Makanan atau minuman semacam itu hanya menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat relaks (karena didorong untuk selalu aktif dan tegang terus) serta membuat emosi Anda makin labil.

5. Kurangi asupan garam dan makanan yang asin
Lakukan diet rendah garam 1-2 minggu sebelum haid untuk mengurangi pembengkakan dan penumpukan cairan pada tubuh.

6. Banyak mengonsumsi kalsium
Sebelum datang haid, disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan kalsium, seperti susu, yoghurt dan keju.

7. Berolahraga teratur
Berolahraga sebelum dan sesudah masa menstruasi akan membantu mengurangi PMS, karena olahraga merangsang keluarnya hormon endorfin yang diperlukan untuk mendorong munculnya rasa gembira.

8. Kompres air hangat
Air hangat terbukti efektif membuat tubuh dan pikiran lebih relaks. Untuk mengatasi kram perut yang mungkin timbul, kompres bagian perut dengan air hangat agar otot-otot di bagian perut mengendur.

9. Bila perlu konsultasikan ke dokter
Bila dirasa sudah tak mampu mengendalikan PMS, tak ada salahnya berkonsultasi ke dokter. Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya untuk sakit yang berlebihan.(sumber artikel : Kompas, dari Nakita, gambar :getty images-Kompas)

Solusi Jitu Atasi PMS

admts  |  at  21.23  | No comments

Gampang kesal, tersinggung, moody, dan ngomel terus sepanjang hari? Hitung deh, apakah sebentar lagi jadwal haid Anda tiba? Ini dia solusinya.

Sindrom yang dikenal dengan premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom premenstruasi ini, biasanya terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi dan dapat mengakibatkan perubahan fisik dan emosi pada penderitanya. Mengenai penyebabnya belum diketahui pasti. Namun dugaan terbesar akibat perubahan kadar hormon dalam tubuh wanita saat mau datang haid.

Gejala fisik PMS biasanya ditandai dengan nyeri tekan pada payudara, banyaknya cairan di sekitar vagina, sakit kepala, mual, muntah, perut kembung, dan tidak nafsu makan. Sementara, emosi jadi labil, gampang cemas, cepat marah, mudah tersinggung, takut dan gelisah berlebihan, susah tidur, serta sulit berkonsentrasi.

Meskipun mungkin tak dapat dihindari sama sekali, ada beberapa langkah jitu yang dapat dilakukan untuk mengatasi PMS:

1. Kenalilah diri Anda
Buatlah catatan mengenai siklus haid Anda, serta gejala fisik dan emosi yang dialami sebelum menstruasi. Sehingga Anda bisa menghadapi dengan lebih santai saat gejala rutin itu datang. "O..sakit kepalaku ini juga akan hilang besok setelah mens," misalnya.

2. Lakukan relaksasi secara teratur
Relaksasi (melalui teknik olah napas seperti dalam meditasi dan yoga) terbukti dapat memberikan ketenangan. Bahkan, latihan relaksasi yang dilakukan secara teratur (5-10 menit tiap harinya) dapat mengurangi simtom parah PMS hingga 57 persen.

3. Kurangi stres
Stres, karena menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan kegelisahan, akan memperparah PMS. Untuk itu, kendalikan stres dengan mengelola waktu seoptimal mungkin (kapan saat bekerja dan kapan saat santai).

4. Hindari kafein dan alkohol sebelum haid
Makanan atau minuman semacam itu hanya menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat relaks (karena didorong untuk selalu aktif dan tegang terus) serta membuat emosi Anda makin labil.

5. Kurangi asupan garam dan makanan yang asin
Lakukan diet rendah garam 1-2 minggu sebelum haid untuk mengurangi pembengkakan dan penumpukan cairan pada tubuh.

6. Banyak mengonsumsi kalsium
Sebelum datang haid, disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan kalsium, seperti susu, yoghurt dan keju.

7. Berolahraga teratur
Berolahraga sebelum dan sesudah masa menstruasi akan membantu mengurangi PMS, karena olahraga merangsang keluarnya hormon endorfin yang diperlukan untuk mendorong munculnya rasa gembira.

8. Kompres air hangat
Air hangat terbukti efektif membuat tubuh dan pikiran lebih relaks. Untuk mengatasi kram perut yang mungkin timbul, kompres bagian perut dengan air hangat agar otot-otot di bagian perut mengendur.

9. Bila perlu konsultasikan ke dokter
Bila dirasa sudah tak mampu mengendalikan PMS, tak ada salahnya berkonsultasi ke dokter. Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya untuk sakit yang berlebihan.(sumber artikel : Kompas, dari Nakita, gambar :getty images-Kompas)
Continue Reading→

RASA nyeri tak tertahankan setiap kali menstruasi datang jangan lagi disepelekan. Bisa-bisa endometriosis penyebabnya.

Rasa sakit saat haid biasanya berkaitan dengan kontraksi otot rahim untuk meluruhkan lapisan dinding rahim. Tapi kadar sakitnya berbeda-beda. Ada yang tidak terasa sama sekali, tapi ada juga yang sampai pingsan menahan sakit.

Nyeri haid merupakan salah satu gejala khas endometriosis, yaitu suatu keadaan di mana endometrium terdapat di luar rongga rahim. Sebagai informasi, endometrium adalah selaput yang melapisi bagian dalam rahim (uterus).

Rasa nyeri akibat endometriosis benar-benar nyata. Terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri hebat di bagian bawah perut. Biasanya muncul 1-2 hari sebelum haid dan bisa bertahan selama 2-3 hari selama haid. Gejala yang juga sering dialami adalah rasa nyeri pada waktu berhubungan seks.

Penyebabnya hingga kini belum diketahui, tetapi para ahli menyatakan proses pertumbuhan endometrium disebabkan oleh faktor hormon estrogen.

Endometriosis yang tidak diobati bisa merusak alat-alat reproduksi hingga menyulitkan untuk hamil. Langkah terbaik untuk mencegahnya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan setiap ada keluhan yang menunjukkan adanya endometriosis.

Pengobatan penyakit ini akan disesuaikan dengan usia, gejala, dan kondisi penderita. Jika keadaan endometriosis masih ringan, pengobatannya adalah melalui pemberian pil kontrasepsi. Tapi jika endometriosis sudah terlanjur membesar, biasanya dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan.(sumber artikel : Kompas, gambar : Getty Images-Kompas)

Jangan Sepelekan Nyeri Haid

admts  |  at  21.19  | No comments

RASA nyeri tak tertahankan setiap kali menstruasi datang jangan lagi disepelekan. Bisa-bisa endometriosis penyebabnya.

Rasa sakit saat haid biasanya berkaitan dengan kontraksi otot rahim untuk meluruhkan lapisan dinding rahim. Tapi kadar sakitnya berbeda-beda. Ada yang tidak terasa sama sekali, tapi ada juga yang sampai pingsan menahan sakit.

Nyeri haid merupakan salah satu gejala khas endometriosis, yaitu suatu keadaan di mana endometrium terdapat di luar rongga rahim. Sebagai informasi, endometrium adalah selaput yang melapisi bagian dalam rahim (uterus).

Rasa nyeri akibat endometriosis benar-benar nyata. Terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri hebat di bagian bawah perut. Biasanya muncul 1-2 hari sebelum haid dan bisa bertahan selama 2-3 hari selama haid. Gejala yang juga sering dialami adalah rasa nyeri pada waktu berhubungan seks.

Penyebabnya hingga kini belum diketahui, tetapi para ahli menyatakan proses pertumbuhan endometrium disebabkan oleh faktor hormon estrogen.

Endometriosis yang tidak diobati bisa merusak alat-alat reproduksi hingga menyulitkan untuk hamil. Langkah terbaik untuk mencegahnya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan setiap ada keluhan yang menunjukkan adanya endometriosis.

Pengobatan penyakit ini akan disesuaikan dengan usia, gejala, dan kondisi penderita. Jika keadaan endometriosis masih ringan, pengobatannya adalah melalui pemberian pil kontrasepsi. Tapi jika endometriosis sudah terlanjur membesar, biasanya dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan.(sumber artikel : Kompas, gambar : Getty Images-Kompas)
Continue Reading→

Copyright © 2013 Synergy Indonesia. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.